Langsung ke konten utama

PERBANDINGAN PENGENDALIAN INTERNAL (COSO) 1970 (LAMA) DAN 2013 (BARU)

COSO 1970

Kepanjangan dari COSO adalah Committee of Sponsoring Organizations of the Treadway Commission. COSO ini dibuat oleh sektor swasta untuk menghindari tindak korupsi yang sering terjadi di Amerika pada tahun 1970-an. COSO terdiri atas 5 komponen:

1.        Control environment
Tindakan atau kebijakan  manajemen yang mencerminkan sikap manajemen puncak secara keseluruhan dalam pengendalian manajemen. Yang termasuk dalam control environment:
·         Integrity and ethical values (integritas dan nilai etika)
·         Commitment to competence (komitmen terhadap kompetensi)
·         Board of Directors and audit committee (dewan komisaris dan komite audit)
·         Management’s philosophy and operating style (filosofi manajemen dan gaya mengelola operasi)
·         Organizational structure (struktur organisasi)
·         Human resource policies and procedures (kebijakan sumber daya manusia dan prosedurnya)

2.      Risk assessment
Tindakan manajemen untuk mengidentifikasi, menganalisis risiko-risiko yang relevan dalam penyusunan laporan keuangan dan perusahaan secara umum. Yang termasuk dalam risk assessment:
·         Company-wide objectives (tujuan perusahaan secara keseluruhan)
·         Process-level objectives (tujuan di setiap tingkat proses)
·         Risk identification and analysis (indentifikasi risiko dan analisisnya)
·         Managing change (mengelola perubahan)

3.        Control activities
Tindakan-tindakan yang diambil manajemen dalam rangka pengendalian intern. Yang termasuk control activities:
·         Policies and procedures (kebijakan dan prosedur)
·         Security (application and network) –> (keamanan dalam hal aplikasi dan jaringan)
·         Application change management (manajemen perubahan aplikasi)
·         Business continuity or backups (kelangsungan bisnis)
·         Outsourcing (memakai tenaga outsourcing)

4.        Information and communication 
Tindakan untuk mencatat, memproses dan melaporkan transaksi yang sesuai untuk menjaga akuntablitas.Yang termasuk komponen ini adalah sebagai berikut.
·         Quality of information (kualitas informasi)
·         Effectiveness of communication (efektivitas komunikasi)

5.        Monitoring
Peniilaian terhadap mutu pengendalian internal secara berkelanjutan maupun periodik untuk memastikan pengendalian internal telah berjalan dan telah dilakukan penyesuian yang diperlukan sesuai kondisi yang ada. Yang termasuk di dalam komponen ini, yakni:
·         On-going monitoring (pengawasan yang terus berlangsung)
·         Separate evaluations (evaluasi yang terpisah)
·         Reporting deficiencies (melaporkan kekurangan-kekurangan yang terjadi)

Kerangka kerja pengendalian intern yang diterbitkan oleh COSO dikenal luas dengan sebutan COSO Internal Control Integrated Framework. Nama tersebut tetap dipertahankan pada kerangka kerja yang baru.Untuk membedakan penyebutan yang lama dengan yang baru, saya pakai singkatan COSO IC 1992 (untuk yang lama) dan COSO IC 2013 (untuk yang baru).
COSO 2013
COSO IC 2013 terdiri dari tiga volume yaitu:
·                     Executive Summary: memberikan gambaran umum kerangka pengendalian intern bagi para dewan pengawas (board of directors), CEO, dan manajemen senior lainnya.
·                     Framework and Appendices: menetapkan kerangka, mendefinisikan pengendalian intern, menjelaskan persyaratan pengendalian intern yang efektif termasuk komponen dan prinsip-prinsipnya, dan memberikan petunjuk bagi semua tingkatan manajemen dalam merancang, melaksanakan, dan mengarahkan pengendalian intern serta menilai efektivitasnya.
·                     Illustrative Tools: menyediakan template dan skenario yang dapat digunakan untuk menilai efektivitas sistem pengendalian intern.



              
Sumber: COSO

Visualisasi konsep pengendalian intern COSO yang sangat terkenal adalah berbentuk kubus. Lihatlah ilustrasi kubus di atas! Gambar kubus sebelah kiri diambil dari COSO IC 1992.Gambar tersebut menunjukkan keterkaitan erat antara tujuan, komponen, dan struktur organisasi tempat diterapkannya pengendalian intern. Dari dimensi sisi kubus yang terlihat, sisi atas mencerminkan tujuan, sisi muka mencerminkan komponen, dan sisi samping mencerminkan ruang lingkup penerapan pengendalian intern. Konsep visualisasi ini masih tetap digunakan pada COSO IC 2013. Tentunya dengan menyesuaikan nama istilah di setiap sisi sesuai dengan konsep kerangka yang baru. Lihat gambar sebelah kanan yang berwarna-warni.

Definisi dan Tujuan
Berbeda dengan COSO ERM yang melakukan perubahan definisi, COSO IC 2013 secara prinsip masih mempertahankan definisi pengendalian intern tahun 1992. Pengendalian intern didefinisikan sebagai suatu proses di dalam organisasi (entitas) yang dipengaruhi oleh dewan pengawas (board), manajemen, dan personel lainnya, dirancang untuk memberikan keyakinan memadai bagi pencapaian tujuan organisasi. Pada sisi tujuan inilah terjadi sedikit perubahan.Tujuan yang hendak dicapai organisasi menurut COSO IC 2013 terdiri dari tiga kategori yaitu tujuan terkait operasi (operations), pelaporan (reporting), dan kepatuhan (compliance).Tujuan yang mengalami perubahan atau tepatnya perluasan lingkup dari COSO IC 1992 adalah tujuan operasi dan pelaporan.Tujuan operasi tidak semata-mata terkait dengan efisiensi dan efektivitas penggunaan sumber daya tetapi mencakup seluruh efisiensi dan efektivitas operasi termasuk sasaran/tujuan kinerja operasi dan keuangan serta pengamanan aset dari kerugian.Tujuan pelaporan diperluas cakupannya meliputi semua pelaporan organisasi, tidak dibatasi hanya pada lingkup pelaporan keuangan saja seperti kerangka 1992. Adapun tujuan kepatuhan masih sama dengan konsep COSO IC 1992. Kutipan definisi pengendalian intern asli dari COSO IC 2013 adalah sebagai berikut:
Internal control is a process, effected by an entity’s board of directors, management, and other personnel, designed to provide reasonable assurance regarding the achievement of objectives relating to operations, reporting, and compliance

Komponen
COSO IC 2013 tidak mengubah lima komponen pengendalian intern yang telah dipakai sejak COSO IC 1992. Tentu saja uraian penjelasannya tetap mengalami penyempurnaan.Penjelasan singkat dari komponen-komponen tersebut adalah sebagai berikut:

1. Lingkungan Pengendalian (Control Environment)
Lingkungan pengendalian adalah rangkaian standar, proses dan struktur yang menjadi dasar dalam penyelenggaraan pengendalian intern di seluruh organisasi. Dewan pengawas dan manajemen puncak menciptakan irama pada level tertinggi organisasi mengenai pentingnya pengendalian intern dan standar perilaku yang diharapkan. Sub-komponen lingkungan pengendalian mencakup integritas dan nilai etika yang dianut organisasi; parameter-parameter yang menjadikan dewan pengawas mampu melaksanakan tanggung jawab tata kelola; struktur organisasi serta pembagian wewenang dan tanggung jawab; proses untuk merekrut, mengembangkan, dan mempertahankan individu yang kompeten; serta kejelasan ukuran kinerja, insentif, dan imbalan untuk mendorong akuntabilitas kinerja. Lingkungan pengendalian yang dihasilkan akan berdampak luas terhadap sistem pengendalian intern secara keseluruhan.

2. Penilaian Risiko (Risk Assessment)
Penilaian risiko melibatkan proses yang dinamis dan berulang (iterative) untuk mengidentifikasi dan menganalisis risiko terkait pencapaian tujuan. COSO IC 2013 merumuskan definisi risiko sebagai kemungkinan suatu peristiwa akan terjadi dan berdampak merugikan bagi pencapaian tujuan. Risiko yang dihadapi organisasi bisa bersifat internal (berasal dari dalam) ataupun eksternal (bersumber dari luar). Risiko yang teridentifikasi akan dibandingkan dengan tingkat toleransi risiko yang telah ditetapkan. Penilaian risiko menjadi dasar bagaimana risiko organisasi akan dikelola. Salah satu prakondisi bagi penilaian risiko adalah penetapan tujuan yang saling terkait pada berbagai tingkatan organisasi.Manajemen harus menetapkan tujuan dalam kategori operasi, pelaporan, dan kepatuhan dengan jelas sehingga risko-risiko terkait bisa diidentifikasi dan dianalisis.Manajemen juga harus mempertimbangkan kesesuaian tujuan dengan organisasi.Penilaian risiko mengharuskan manajemen untuk memperhatikan dampak perubahan lingkungan eksternal serta perubahan model bisnis organisasi itu sendiri yang berpotensi mengakibatkan ketidakefektifan pengendalian intern yang ada.

3. Kegiatan Pengendalian (Control Activities)
Kegiatan pengendalian mencakup tindakan-tindakan yang ditetapkan melalui kebijakan dan prosedur untuk membantu memastikan dilaksanakannya arahan manajemen dalam rangka meminimalkan risiko atas pencapaian tujuan. Kegiatan pengendalian dilaksanakan pada semua tingkatan organisasi, pada berbagai tahap proses bisnis, dan pada konteks lingkungan teknologi. Kegiatan pengendalian ada yang bersifat preventif atau detektif dan ada yang bersifat manual atau otomatis.Contoh kegiatan pengendalian adalah otorisasi dan persetujuan, verifikasi, rekonsiliasi, dan reviu kinerja.Dalam memilih dan mengembangkan kegiatan pengendalian, biasanya melekat konsep pemisahan fungsi (segregation of duties).Jika pemisahan fungsi tersebut dianggap tidak praktis, manajemen harus memilih dan mengembangkan alternatif kegiatan pengendalian sebagai kompensasinya.

4. Informasi dan Komunikasi (Information and Communication)
Organisasi memerlukan informasi demi terselenggaranya fungsi pengendalian intern dalam mendukung pencapaian tujuan.Manajemen harus memperoleh, menghasilkan, dan menggunakan informasi yang relevan dan berkualitas, baik dari sumber internal maupun eksternal. Hal tersebut diperlukan agar komponen pengendalian intern yang lain berfungsi dengan baik sebagaimana mestinya. Sementara itu, komunikasi merupakan proses berulang (iterative) dan berkelanjutan untuk memperoleh, membagikan dan menyediakan informasi. Komunikasi internal harus menjadi sarana diseminasi informasi di dalam organisasi, baik dari atas ke bawah, dari bawah ke atas, maupun lintas fungsi.

5. Kegiatan Pemantauan (Monitoring Activities)
Komponen ini merupakan satu-satunya komponen yang berubah nama. Sebelumnya komponen ini hanya disebut pemantauan (monitoring).Perubahan ini dimaksudkan untuk memperluas persepsi pemantauan sebagai rangkaian aktivitas yang dilakukan sendiri dan juga sebagai bagian dari masing-masing empat komponen pengendalian intern lainnya.Kegiatan pemantauan mencakup evaluasi berkelanjutan, evaluasi terpisah, atau kombinasi dari keduanya yang digunakan untuk memastikan masing-masing komponen pengendalian intern ada dan berfungsi sebagaimana mestinya. Evaluasi berkelanjutan dibangun di dalam proses bisnis pada tingkat yang berbeda-beda guna menyajikan informasi tepat waktu. Evaluasi terpisah dilakukan secara periodik, bervariasi lingkup dan frekuensinya tergantung pada hasil penilaian risiko, efektivitas evaluasi berkelanjutan, dan pertimbangan manajemen lainnya.

Prinsip-Prinsip
COSO IC 2013 mengenalkan kodifikasi 17 prinsip pengendalian intern.Kodifikasi tersebut belum ada di dalam kerangka sebelumnya.Prinsip-prinsip pengendalian intern merepresentasikan konsep fundamental dari tiap-tiap komponen pengendalian intern. Karena prinsip-prinsip tersebut dirumuskan langsung dari komponen pengendalian intern maka diharapkan pengendalian intern organisasi akan efektif bila menerapkan semua prinsip tersebut. Semua prinsip pengendalian intern berhubungan dengan tujuan-tujuan organisasi, baik itu berupa tujuan operasi, pelaporan, maupun kepatuhan.Rincian dari ketujuh belas prinsip tersebut adalah sebagai berikut:

Prinsip dalam Lingkungan Pengendalian
·                     Organisasi menunjukkan komitmen terhadap integritas dan nilai-nilai etika.
·                     Dewan pengawas menunjukkan independensinya dari manajemen dan melaksanakan pengawasan atas pengembangan dan kinerja pengendalian intern.
·                     Manajemen dengan pengawasan dari dewan pengawas menetapkan struktur organisasi, garis pelaporan, serta wewenang dan tanggung jawab yang tepat dalam rangka pencapaian tujuan.
·                     Organisasi menunjukkan komitmen dalam merekrut, mengembangkan, dan mempertahankan individu-individu yang kompeten sesuai dengan tujuan yang ditetapkan.
·                     Organisasi memegang akuntabilitas individu-individu atas pelaksanaan pengendalian intern dalam rangka pencapaian tujuan.

Prinsip dalam Penilaian Risiko
·                     Organisasi menetapkan tujuan-tujuan yang jelas agar dapat dilakukan identifikasi dan penilaian risiko terkait tujuan tersebut.
·                     Organisasi mengidentifikasi risiko atas pencapaian tujuan secara menyeluruh dan menganalisis risiko sebagai landasan pengelolaan risiko.
·                     Organisasi mempertimbangkan potensi kecurangan (fraud) dalam melakukan penilaian risiko atas pencapaian tujuan.
·                     Organisasi mengidentifikasi dan menilai perubahan-perubahan yang dapat berdampak signifikan terhadap sistem pengendalian intern.

Prinsip dalam Kegiatan Pengendalian
·                     Organisasi memilih dan mengembangkan kegiatan pengendalian yang berkontribusi meminimalkan risiko atas pencapaian tujuan sampai pada level yang dapat diterima.
·                     Organisasi memilih dan mengembangkan kegiatan pengendalian umum atas teknologi untuk mendukung pencapaian tujuan.
·                     Organisasi memberlakukan kegiatan pengendalian melalui kebijakan yang menetapkan apa yang diharapkan dan melalui prosedur yang menjabarkan kebijakan menjadi tindakan.

Prinsip dalam Informasi dan Komunikasi
·                     Organisasi memperoleh, menghasilkan dan menggunakan informasi yang relevan dan berkualitas untuk mendukung berfungsinya komponen pengendalian intern lainnya.
·                     Organisasi melakukan komunikasi informasi secara intern, termasuk tujuan dan tanggung jawab pengendalian intern, yang diperlukan untuk mendukung berfungsinya pengendalian intern.
·                     Organisasi menjalin komunikasi dengan pihak-pihak eksternal terkait hal-hal yang mempengaruhi berfungsinya komponen pengendalian intern lainnya.

Prinsip dalam Kegiatan Pemantauan
·                     Organisasi memilih, mengembangkan, dan melaksanakan evaluasi secara terus-menerus (berkelanjutan) dan/atau secara terpisah untuk memastikan bahwa komponen-komponen pengendalian intern benar-benar ada dan berfungsi.
·                     Organisasi mengevaluasi dan mengkomunikasikan kelemahan pengendalian intern secara tepat waktu kepada pihak-pihak yang bertanggung jawab untuk mengambil tindakan korektif, termasuk manajemen puncak dan dewan pengawas, sebagaimana mestinya.

Titik Fokus
Selain mengenalkan prinsip-prinsip sebagai hal baru, COSO IC 2013 juga mengenalkan 81 titik fokus (points of focus). Titik fokus tersebut mencerminkan ciri khas penting dari masing-masing prinsip dan dapat digunakan untuk memfasilitasi proses merancang, menerapkan, dan mengarahkan pengendalian intern. Titik fokus menjadi sarana manajemen untuk memastikan bahwa prinsip-prinsip telah ada dan berfungsi dengan baik.Mirip dengan hubungan antara prinsip dengan komponen, titik fokus ini memiliki hubungan yang sifatnya mendukung tiap prinsip yang ada.Artinya, di dalam masing-masing prinsip terdapat beberapa titik fokus yang mendukungnya. Mengingat jumlahnya yang banyak, saya tidak akan menguraikan satu per satu titik fokus tersebut. Sebagai contoh saja, prinsip "Organisasi menunjukkan komitmen terhadap integritas dan nilai-nilai etika" pada komponen "Lingkungan Pengendalian" didukung oleh empat titik fokus yaitu:
·                     set the tone at the top;
·                     penetapan standar perilaku;
·                     evaluasi kepatuhan terhadap standar perilaku;
·                     penanganan deviasi/penyimpangan tepat waktu.

Keterbatasan Pengendalian Intern
Sebagaimana termaktub di dalam definisi, keberadaan pengendalian intern dirancang untuk memberikan keyakinan memadai, bukan keyakinan mutlak. COSO IC 2013 mengungkapkan keterbatasan pengendalian intern yang mungkin terjadi karena:
·                     penetapan tujuan sebagai prasyarat pengendalian intern tidak tepat; 
·                     pengambilan keputusan oleh manusia yang salah atau bias; 
·                     kegagalan/kesalahan faktor manusia sebagai pelaksana pengendalian; 
·                     kemampuan manajemen mengesampingkan pengendalian; 
·                     kemampuan manajemen, personil lain, atau pihak ketiga untuk berkolusi; atau 
·                     peristiwa eksternal di luar kendali organisasi.


Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

SISTEM INFORMASI MANAJEMEN : CHAPTER 5

INFRASTRUKTUR TI DAN PERKEMBANGAN TEKNOLOGI v   INFRASTRUKTUR TI Infrastruktur teknologi informasi (TI) didefinisikan sebagai berbagai sumber daya teknologi yang menyediakan platform bagi aplikasi (penerapan) system informasi spesifik bagi perusahaan. Infrastruktur dalam TI meliputi investasi dalam perangkat keras, perangkat lunak, dan layanan seperti konsultasi, pendidikan, dan pelatihan dalam perusahaan. Infrastruktur TI juga merupakan rangkaian dari layanan keseluruhan perusahaan yang dianggarkan oleh manajemen serta terdiri atas kapabilitas manusia dan teknis. Hubungan diantara Perusahaan, Infrastruktur TI,dan Kapabilitas Bisnis “Layanan perusahaan merupakan kemampuan untuk menyediakan kepada pelanggan, pemasok dan juga karyawan yang memiliki fungsi secara langsung terhadap infrastruktur TI nya yang mendukung bisnis dan strategi sistem informasi perusahaan” ·       Jasa telekomunikasi menyediakan konektivitas data, suara, dan video kepada karyawan, pelanggan

PERBEDAAN GENERAL CONTROL VS APPLICATION CONTROL

1.        Pengendalian Aplikasi Pengendalian aplikasi (application controls) adalah sistem pengendalian intern komputer yang berkaitan dengan pekerjaan atau kegiatan tertentu yang telah ditentukan (setiap aplikasi berbeda karateristik dan kebutuhan pengendaliannya).  Pengendalian aplikasi atau application control adalah pengendalian dalam hal pekerjaan pekerjaan yang dilakukan dalam suatu proses pengolahan data sehingga akan berhubungan dengan ketelitian dan kelengkapan data yang di proses melalui aplikasi tertentu (Mulyadi 2001) Misalnya komputerisasi kepegawaian tentu berbeda resiko dan kebutuhan pengendaliannya dengan sistem komputerisasi penjualan, apalagi bila sistem penjualan tersebut didesain web-based atau E-Commerce. Tujuan pengendalian aplikasi dimaksudkan untuk memastikan bahwa data di-input secara benar ke dalam aplikasi, diproses secara benar, dan terdapat pengendalian yang memadai atas output yang dihasilkan. Pengendalian Aplikasi Terdiri Dari : 1.)   

Perbedaan Financial Statement dan Financial Report

v   Perbedaan Financial Statement dan Financial Report             Di dunia akuntansi ada istilah Financial Report (Pelaporan Keuangan) dan Financial Statement (Laporan Keuangan). Meskipun dari segi kata tidak jauh beda namun ternyata kedua istilah tersebut berbeda dalam penggunaanya. Adapun perbedaan dari Financial Report (Pelaporan Keuangan) dan Financial Statement (Laporan Keuangan) adalah sebagai berikut :       Financial Statement Mereka yang mempunyai kepentingan terhadap perkembangan suatu perusahaan sangatlah perlu untuk mengetahui kondisi keuangan perusahaan tersebut. Dimana kondisi keuangan suatu perusahaan tercermin dalam laporan keuangannya. Financial statement (laporan keuangan) merupakan o utput dari akuntansi. ü   Pengertian Financial Statement ( Laporan Keuangan) Laporan keuangan adalah ringkasan dari proses akutansi selama tahun buku  yang bersangkutan yang digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan den